Pengusaha dan Seller, Simak Tren Jualan di TikTok Biar Makin Laris dan Cuan
Lisa 31 Jan 2024 11:23
Memasarkan barang dagangan di platform media sosial sudah menjadi keharusan agar produk yang dijual makin laris. Salah satunya menggunakan TikTok. Tak hanya menayangkan foto dan beriklan dengan arah hard selling, saat ini para penjual dan pemilik brand harus berlomba membuat konten yang menarik agar jualannya lebih dilirik.
Menurut laporan TikTok, yang disusun dengan mengundang Accenture, perusahaan konsultan manajemen dan layanan teknologi bertajuk Shoppertainment 2024: The Future of Consumer & Commerce here in APAC, 59 persen konsumen Indonesia dipengaruhi oleh konten non-promosi.
Mereka lebih suka membuat keputusan intuitif dengan secara aktif mencari informasi untuk menilai kualitas produk.
Terdapat sejumlah perubahan tren perilaku konsumen di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Hanya 41 persen konsumen di Indonesia yang terpengaruh oleh konten promosi sebelum memutuskan untuk membeli.
Kini, mereka lebih mempercayai intuisi saat menentukan apakah produk itu cocok dengan mereka atau tidak, tanpa perlu mencari informasi lebih lanjut.
Laporan ini menunjukkan, konsumen di Indonesia lebih mungkin 2 kali lipat untuk membuat keputusan belanja secara intuitif, dibandingkan mereka yang jarang belanja di platform sosial atau hiburan.
Konten yang Menghibur dan Informatif Dari segi konten, konsumen di Indonesia lebih menyukai konten video yang memiliki tingkat relevansi dan autentik yang tinggi dengan kehidupan mereka.
Video yang memperlihatkan kualitas produk secara nyata, memperbolehkan audiens untuk melihat produk tersebut dari berbagai angle, justru lebih disenangi oleh konsumen. Inilah yang membuat format live shopping menjadi populer karena memberikan akses kepada konsumen untuk melihat produk sepenuhnya seperti melihatnya secara langsung.
Sebagian besar konsumen di Indonesia, 93 persen juga mencari platform belanja yang berbasis konten dalam 1-2 tahun ke depan, di mana mereka bisa menemukan, mempertimbangkan, dan membeli produk di satu platform.
Konten video di platform seperti TikTok pun menjadi cara bagi konsumen ini untuk mencari produk secara rutin, di mana 2,5 kali lebih banyak orang yang memanfaatkan platform video, dibandingkan menemukan produk lewat mesin pencarian tradisional.
Sejalan dengan temuan ini, sebanyak 77 persen konsumen di Indonesia juga secara rutin mencari produk di platform sosial dan hiburan online. Tidak hanya konten video, konsumen Indonesia juga 1,4 kali lebih mungkin untuk berpartisipasi di live shopping baik di TV ataupun online, dibandingkan konsumen lainnya di Asia Pasifik.
Selain itu, sebanyak 45 persen konsumen di Indonesia ternyata dipengaruhi oleh konten komunitas. Mereka cenderung merayakan dan membagikan brand maupun produk yang mereka sukai atau mereka lihat, mewujudkan semangat "gotong royong" khas Indonesia untuk membantu satu sama lain.
Kemudian, 81 persen konsumen Indonesia membuat konten dengan cara yang 'mengalir' atau interaktif dengan mengikuti tren dari para kreator, serta mendorong pengguna lainnya agar berkontribusi di kolom komentar, like, dan lainnya.
Hal ini juga terlihat dari para pengguna di TikTok yang ingin saling terhubung, berinteraksi, dan mempengaruhi keputusan pemilihan brand atau produk. Head of Business Marketing TikTok Indonesia, Sitaresti Astarini, mengatakan brand lokal tidak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan tradisional.
"Strategi Shoppertainment yang sukses memerlukan kombinasi konten informatif, pengalaman berbelanja yang mudah atau seamless, dan keterlibatan konsumen yang aktif melalui komunitas dan konten kreator," ujarnya, dalam Media Briefing, Selasa (30/1/2024).
Dengan beradaptasi terhadap tren-tren ini, memungkinkan brand untuk dapat terhubung dengan generasi pembeli yang percaya diri dalam menemukan dan membeli produk sambil mereka menikmati hingga ikut membuat konten mengenai brand tersebut.
"Perkembangan teknologi dan kondisi ekonomi yang dinamis terus mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja. Di Indonesia, konsumen lebih memilih untuk mengikuti intuisi mereka dengan mencari konten yang informatif, menghibur, dan ragam konten dari komunitas yang diikuti sebelum membeli produk," paparnya.
Selain itu, rorang Indonesia juga lebih suka mencari produk di platform sosial dan hiburan. Oleh karena itu, hal ini menjadi kesempatan untuk brand memanfaatkan Shoppertainment, kegiatan perdagangan berbasis konten interaktif yang menghibur dan dapat berkolaborasi dengan kreator serta komunitas untuk terus berinteraksi dengan konsumennya.