Rahasia E-Commerce Tetap Survive di Tengah Tech Winter
Mr. K 13 Mar 2024 02:46
Jakarta - Beberapa tahun terakhir, penyesuaian tenaga kerja seperti semakin lumrah terjadi di sejumlah perusahaan rintisan (start-up) berbasis digital. Demikian halnya dengan industri e-dagang atau e-commerce.
Penyesuaian dan perubahan dalam berbagai skala usaha seolah mempertegas premis soal badai tech winter. Benarkah demikian?
Tech winter adalah istilah populer yang menggambarkan kondisi start-up yang pada 3-4 tahun terakhir mulai bertumbangan dan gugur satu per satu. Tech winter sendiri sebenarnya terjadi akibat kenaikan biaya modal yang memaksa investor memperketat seleksi investasinya untuk mengoptimalkan pengembalian investasi dan menurunkan risiko. Situasi yang berujung pada penyesuaian skala usaha, termasuk tenaga kerja.
Mengutip laman layoffs.fyi, sepanjang 2023, sebanyak 1.185 perusahaan teknologi melakukan penyesuaian terhadap sekitar 262.000 karyawan. Pada 2022, sebanyak 1.064 perusahaan teknologi menyesuaikan sumber daya tenaga kerjanya terhadap sekitar 164.000 karyawan.
Di kawasan Asia Tenggara sendiri, ternyata nilai investasi sektor teknologi sepanjang 2023 pun turut terdampak. Perusahaan riset untuk start-up dan venture capital Tracxn Technologies, dalam Laporan Tahunan Geo: SEA Tech 2023, menyebutkan hingga akhir Desember 2023, sektor teknologi di Asia Tenggara menerima pendanaan sebanyak US$ 4,3 miliar atau merosot 65% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak US$ 12,4 miliar.
Pakar Ungkap Tugas e-Commerce Hadapi Tantangan di 2024
Co-Founder and Managing Partner East Ventures Willson Cuaca berargumen di tengah situasi industri teknologi yang seperti itu, penyesuaian dilakukan agar perusahaan tetap relevan.
"Dengan situasi global yang tidak menentu, semua perusahaan, apa pun sektor industrinya harus berusaha tetap relevan," ujar Wilson, dalam keterangan tertulis, Rabu (28/2/2024).
Dalam spektrum ini, banyak perusahaan e-commerce mengambil langkah-langkah drastis untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi operasionalnya.
Sebab, dalam lanskap usaha yang dinamis, penyesuaian tak bisa dipandang hanya sebagai satu strategi. Tetapi juga inisiatif strategik.
Zoom Kembali PHK Karyawan, Susul 100 Perusahaan Teknologi Lainnya
Perubahan dalam struktur bertujuan mencapai ketangkasan yang diperlukan untuk menghadapi dinamika pasar yang berubah dengan cepat.
Dalam jurnal ekonomi California Management Review, Volume 41(2), bertajuk 'When Does Restructuring Improve Performance?' karya Bowman dan Singh (2013) menyebut penyesuaian usaha sebagai salah satu alternatif strategi untuk membantu perusahaan yang sedang mengalami penurunan kinerja.
Selain itu, bisa juga karena munculnya peluang strategis baru yang dapat diadopsi dan meningkatkan kepercayaan perusahaan di pasar modal. Pada akhirnya, hal ini juga dapat berdampak besar pada nilai pasar perusahaan.
Penyesuaian adalah salah satu ikhtiar perusahaan memberi respons yang cepat dan berkelanjutan terhadap setiap dinamika pasar. Melalui strategi terukur yang inovatif, perusahaan diharapkan semakin bisa bersaing dan menciptakan peluang baru dalam industri e-commerce yang semakin dinamis.
Prospek E-Commerce
Adapun industri e-commerce dalam negeri memiliki potensi besar dan masif. Hal ini terutama jika mengacu pada penetrasi dan perilaku penggunaan teknologi internet maupun smartphone secara khusus di kalangan masyarakat.
Dalam State of Mobile 2024 yang dirilis oleh Data.AI, sepanjang 2023, rata-rata warga Indonesia menghabiskan waktu menyimak layar ponsel lebih dari enam jam setiap hari.
Hal ini memposisikan Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia dalam hal mengakses perangkat mobile. Dari sumber yang sama, Indonesia juga menempati posisi ke-5 dalam hal pengunduhan aplikasi.
Sepanjang 2023, masyarakat Indonesia sekitar 7,56 miliar kali men-download aplikasi.
Adapun peluang pasar e-commerce pun sangat besar. Data We Are Social pada Januari 2024 mencatat 59,3% dari sekitar 215 juta pengguna internet di Indonesia berbelanja melalui platform e-dagang setiap minggu.
Ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-10 teratas sebagai negara dengan persentase pengguna internet terbesar yang berbelanja melalui platform e-commerce per pekannya.
Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai transaksi e-commerce sepanjang 2023 mencapai Rp 474 triliun. Adapun nilai transaksi e-commerce diprediksi tumbuh 2,8% menjadi Rp 487 triliun pada 2024 dan 3,3% menjadi Rp 503 triliun pada 2025.
Kementerian Perdagangan RI (Kemendag) pun mencatat nilai transaksi hari belanja online nasional (Harbolnas) pada 2023 sebesar Rp 25,7 triliun atau meningkat Rp 2,9 triliun dibandingkan Harbolnas 2022.
Hampir 25.000 Karyawan Teknologi Kena PHK Bulan Ini, Ada Apa?
Guna mengoptimalkan besarnya potensi industri e-commerce di tengah tantangan dinamika bisnis global, regulasi yang tepat dan tegas dari pemerintah pun sangat dibutuhkan. Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda, butuh regulasi untuk menjamin persaingan sehat bagi pelaku usaha perdagangan, termasuk e-commerce.
Tujuannya, di satu sisi untuk memperluas kesempatan platform baru masuk ke industri ini dan di sisi lain menjamin konsumen mendapat harga pasar yang wajar.
Rencana pemerintah mengatur tata kelola e-commerce hingga tidak ada satu pun pemain mendominasi pasar, lanjut Huda, adalah langkah terbaik guna menciptakan persaingan usaha sehat dalam industri perdagangan, baik luring (offline) ataupun daring (online).
Di samping itu, Nailul menyatakan industri e-commerce perlu didukung dengan investasi platform untuk terus menghadirkan inovasi program dan fitur bagi para pengguna setianya, baik pembeli maupun penjual yang didominasi para pelaku usaha lokal.
"Pasalnya, berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023, pada 2024, e-dagang seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia diperkirakan masih terus akan menjadi pilihan bagi penjual dalam mempromosikan produknya dan sarana bagi pembeli untuk membeli produk secara mudah," kata Nailul.
Sebagai tulang punggung bisnis digital di Indonesia, Nailul mendorong perusahaan-perusahaan e-commerce ini wajib menjaga stabilitas operasional.
Dari sisi teknologi, faktor seperti kemudahan mencari produk, kenyamanan mengajukan komplain, hingga keamanan bertransaksi harus menjadi fokus utama platform e-commerce.
Selain itu, platform e-commerce juga diharapkan menyediakan layanan komprehensif, mulai dari proses pencarian produk hingga tahap pembayaran yang mudah guna memberikan kenyamanan bagi konsumen saat bertransaksi. Hal ini juga mesti berbanding lurus dengan berbagai promosi, fitur, dan layanan purnajual (after sales).
Adapun pemerintah, belakangan terus memperbarui aturan perdagangan daring. Titik utamanya adalah untuk melindungi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satunya dengan mengesahkan Peraturan Mendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).
Regulasi anyar itu salah satunya mengatur tentang pemisahan bisnis antara media sosial atau social commerce dan e-commerce. Dalam aturan itu, social commerce hanya diperbolehkan menjadi sarana untuk memberikan penawaran barang dan atau jasa. Transaksi tidak diperbolehkan dilakukan langsung melalui media sosial.
Selain itu, dalam aturan Kemendag tersebut, diatur juga bahwa penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik (PPMSE) yang melakukan kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) lintas negara wajib menerapkan harga barang minimum pada sistem elektroniknya untuk pedagang yang menjual langsung barang jadi asal luar negeri ke Indonesia. Harga barang minimum tersebut US$ 100 per unit freight on board (FOB).
"Ini menyangkut hajat ekonomi UMKM kita. Di negara mana pun, saat UMKM tidak berkembang, negaranya tidak akan maju," ujar Mendag Zulkifli Hasan.
"Perdagangan pasar ini rantainya panjang sekali, ada yang menjual bahan, jahitan, dan lainnya. Maka, pemerintah hadir dan berpihak," sambungnya.
Panggungkan UMKM dan Brand Lokal
Selain regulasi, perusahaan e-commerce termasuk sejumlah platform lokapasar (marketplace) juga mesti terus berinovasi untuk memenangi persaingan yang begitu ketat.
Country Manager Exabytes Indonesia, Indra Hartawan menyebut tahun 2024 akan menjadi tahun kecerdasan buatan (AI) berfungsi sebagai tulang punggung strategi pemasaran digital. AI dapat memberikan manfaat dalam bidang kreatif seperti pembuatan ide konten dan produktivitas platform.
Industri e-commerce juga mesti bisa merangkul dan mengangkat produk-produk UMKM dan brand lokal melalui berbagai kampanye yang menarik. Bukan sekadar gimik, kampanye tersebut mesti mampu membantu UMKM dan jenama lokal menyasar target pasar yang lebih luas.
Pertumbuhan industri e-commerce pada akhirnya diharapkan berbanding lurus dengan pertumbuhan bisnis produk lokal.
Sambil terus menyesuaikan diri dengan tantangan kompetisi global, inovasi niscaya akan memperkokoh roda-roda bisnis industri e-dagang. Sebab, di tengah persaingan dan iklim bisnis global yang terus berubah, adaptasi dan inovasi mau tidak mau menjadi kunci utama industri e-commerce tetap relevan.